Minggu, 24 Januari 2010

Blog Teguh Pramudya

Download foto-foto :

PMR SMA Bhinneka Karawang


Apa Itu Jatuh Cinta? (E-book)


Download Foto BUREN (Bujang Keren)


Download wallpaper keren



VALENTINE

Hari valentine sangat dinantikan
Penuh kasih sayang dan harapan
Dimana hal kecil menjadi keajaiban
Yang tak akan terlupakan

Sungguh indah valentine ini
Terasa oleh hati dan nurani
Namun membuatku sakit gigi
Karena cokelat yang kubeli

Sakit sekali rasanya
Momen yang tak akan kulupa
Valentine yang menyiksa
Oleh serangan cokelat dan gula

By : Teguh Pramudya
Saran dan Kritik : teguh_pramudya95@yahoo.com / facebook : Teguh Pramudya


SAHABAT

Langit tampak mendung dan gelap di suatu senin pagi. Pengurus OSIS sibuk mempersiapkan upacara. Kebetulan aku terpilih menjadi pemimpin upacara, sial aku belum berlatih sebelumnya.
Proses upacara pengibaran benderapun dimulai, cuaca sedikit dingin dan membuat siapapun yang hidup akan kehilangan semangat. Upacarapun dimulai. Satu demi satu rangkaian upacara bendera telah dilaksanakan, hingga pada tahap terakhir dan seluruh pasukan dibubarkan.
Lelah. Suatu kata yang pertama kali ku katakana setelah upacara selesai, butiran keringat mengucur di seluruh badan. Tampak beberapa temanku menangis tersedu-sedu di samping lapangan. Lantas aku bangkit dari tanah lapangan upacara dan bergegas menghampiri teman-teman yang tampak sedang berduka.
“Ada apaan?” Tanyaku bingung dan Ayu salah seorang temanku menjawab.
“Risma… meninggal” jawab Ayu, tampak matanya merah dan berair.
“Jangan becanda!” seruku.
“Gua ngga boong” Kata Ayu tersedu-sedu.
“Sial…”
Bagaikan tersambar petir tubuhku langsung lesu, sial, ah masa, gua ngga percaya, kata-kata itu selalu terngiang dalam benakku. Semoga ini cuma lelucon yang kejam, harap ku.
Seluruh teman-teman berinisiatif untuk melayat.
Jalanan berbatu kulalui saat melayat ke rumah duka, tampak dua buah bendera kuning berkibar di depan gang rumah duka. Sepertinya bukan lelucon.
Tampak kerumunan orang-orang di depan rumah duka.
“Lagi di sholatin di masjid, masjidnya di sana dek” kata salah seorang bapak-bapak berwajah suram ke salah seorang temanku. Tanpa pikir panjang seluruh siswa laki-laki bergegas pergi ke masjid.
Shalat jenazah belum di mulai, hanya ceramah yang sedang di laksanakan, segera ku ambil air wudhu dan bergegas masuk ke dalam masjid. Aku kebagian tempat paling belakang, dan setelah aku berada dalam masjid shalat pun segera dimulai.
Butiran-butiran air mengalir deras di pipi teman ku, ia tak bersuara tapi aku bisa merasakannya. Pikiran ku melayang sejuta mil jauhnya, saat dimana aku, Risma dan teman-teman lainnya berkumpul di suatu ruangan yang biasa kita pakai untuk mengerjakan tugas sekaligus untuk canda tawa, teringat ketika bersama-sama menyanyikan lagu A7X di bawah guyuran hujan, dan teringat cekikikan karena lelucon yang terlampau lucu, tapi sekarang apa? Hanya menjadi abu dan bayangan, tapi… kau akan selalu di hati kami, kau takan hilang, kau akan hidup di benak kami, untuk selamanya.
Tak terasa, pandangan mataku menjadi semakin aneh, kabur dan berair. Butiran air yang terasa hangat dan nyaman mengalir perlahan di pipiku. Aneh… tangiskah? Perasaan aku terakhir kali menangis sewaktu ikan mas ku mati disantap kucing tetangga, itu juga sewaktu aku masih berumur tujuh tahun, atau aku biasa sedikit meneteskan air mata apabila mengantuk atau tertawa berlebihan, tapi sekarang ini lain, aku tidak mengantuk ataupun tertawa, terasa seperti suatu sensasi yang sangat dalam, layaknya seluruh organ tubuhmu lenyap begitu saja dalam sesaat tanpa ada aba-aba, atau sensasi itu bisa di sebut dengan, kehilangan.
Sudahlah… semua berlalu, shalat jenazah pun berakhir, saf paling belakang keluar dari masjid duluan, tampak seluruh temen cewek berkumpul di depan masjid, memasang tampang kacau dan sedih, kecuali tiga orang teman perempuanku yang memasang raut wajah seakan menang undian berhadiah tiga karung emas, saking senangnya dia berkata semaunya.
Kacau dan lusuh, itu yang ku alami, perlahan ku pasang sepatuku, dengan tetap menundukan kepala dan tak berani menatap satu pasang pun pandangan mata. Sepatu telah terpasang, ku singkirkan butiran air mata dengan lengan jaket. Menatap langit seakan menatap kesal kepada seorang maling. Aku bangkit, dan berjalan paling terakhir setelah jenazah lewat menuju pemakaman.
Jalanan berbatu kembali kususuri, kaki ku seperti berjalan di atas ranjau paku, perih rasanya kaki ini, mengantarkan seorang sahabat untuk pergi, pergi menuju suatu tujuan yang nantinya akan kita tuju juga, hanya masalah waktu saja, hingga akhirnya kita menuju ke arah dan tujuan yang sama.
Akhirnya pijakanku terpijak di suatu area yang sejuk, tapi ini suatu tempat dimana teman kami akan beristirahat untuk selamanya, pemakaman.
Detik demi detik berlalu, prosesi pemakaman jenazah akhirnya menuju tahap akhir, perlahan tapi pasti cangkulan tanah yang digali oleh penggali kuburan di kembalikan lagi pada liang lahat, semakin tinggi gundukan itu akhirnya tak tersisa sama sekali untuk di tumpuk kembali, akhirnya semua berdoa bersama, aku pun menutup mata.
Teringat… masa-masa yang singkat, di SMA Bhinneka Karawang bersama sahabat, pertanyaan ku adalah, kenapa? Kenapa harus dia? Tapi ya sudahlah… yang pasti hidup memang indah, atau hidup seharusnya indah.
Ku keluarkan semua saat tak ada yang melihat, tetesan demi tetesan, butiran air hangat yang mengalir di pipi, tapi… sudahlah semua itu percuma. Jadi, kumulai kembali hari esok dengan suatu kata yang biasa kita sebut dengan, Tawa…



By : Teguh Pramudya
Kelas : X-1/XI IPA SMA BHINNEKA KARAWANG
Saran dan Kritik : teguh_pramudya95@yahoo.com / facebook : Teguh Pramudya





RUSAJUM (RUsuh SAat JUMa’tan)

Hari ini hari jumat, hari yang seperti biasanya gua lalui dengan berjalan di koridor sekolah, Nyontek PR pelajaran Pak Ismunandar, alias PR matematika. Humf, waktu terasa lebih cepet dari biasanya, jam dinding kelas nunjukin angka setengah dua belas siang, artinya hampir tiba waktu jumatan. Tampak semua temen gua masang tampang lesu dan suntuk.
“Yah juma’tan, maen PS aja yuk!” Seru salah seorang temanku yang berinisial ‘M’
“Ah, ogah ah gua kalah mulu tarohan maen permainan bola di PS sama lu” tolak temen gua yang berinisial “N’
“Ah, ayo donk… gua males denger khotbah” rengek ‘M’
“Gua maunya pergi ke warnet!” tolak ‘N’ berisi keras
“Iya deh gua galah, nanti pas di warnet tolong buka itutuh…” pinta ‘M’ dengan memasang wajah cabul.
“Gampang…Masalahnya di gerbangkan ada saptam, gimana caranya keluar sekolah tanpa ketauan ama saptam?” Tanya ‘N’
“Gampang Men, loncat aja di pager” tampak kedua ekor manusia itu setuju atas rencana yang dirundingannya dan bergegas keluar kelas. Gua pikir apa susahnya sih juma’tan tanpa maen polisi-polisian ama saptam.
“Loncat di lantai dua aja…” Kata seorang temanku yang berinisial ‘Z’
“Ntar mati…” jawab temanku yang berinisial ‘O’
“Lari langsung pas di gerbang…”
“Nanti ketangkep saptam”
“Loncat di pager SMEA aja!” seru gua ngambil jalan tengah.
“O iya, thanks yah…” seru ‘O’
“Eh gimana kalo roknya sobek?” Tanya ‘Z’
“Tenang lu kan bukan cewek…kita cowok inget, ngapain juga kalo kita cewek musti loncat dari pager gak bakalan di tangkep ini ama saptam”
“Iya gua lupa, sori-sori…”
Humf… tampak semua teman-teman gua punya rencana masing-masing buat kabur juma’tan. Terdengar adzan di arah bawah, waktu juma’tan, jujur aja gua sedikit males buat juma’tan, tapi apa boleh buat itu kewajiban kita ama Allah, yah Allah gak butuh kita, tapi kita butuh Allah.
Akhirnya gua sampe di depan masjid dan lantas gua buka sepatu dan menuju tempat wudhu. Tampak kakak kelas dan teman sekelasku tampak maen air waktu wudhu.
“Heeehh jangan wudhu belum bayaran!” seru salah seorang kakak kelas gua yang namanya ngga gua tahu, otomatis inisialnya juga gua ngga tahu.
“Woy… jurig…Huachi…” orang yang wudhu bersin dan ingusnya kena celana orang yang tutup keran dia sewaktu wudhu.
“Jurig lu, dendam lu ama gua...” orang yang celananya kena ingus langsung narik sesuatu dari jaketnya, ternyata pistol. Jdorrr, Jdorr… si penebar ingus tewas di tempat dengan dua luka tembakan di kening dan pelipisnya.
“Yeh… jangan maen-maen yang bener wudhunya! Itu-itu siapa namanya yang mati itutuh, tolong kamu buang dia!” perintah salah seorang guru yang berinisial ‘E’ lantas orang yang tewas karena tertembak peluru itu langsung dipindahkan di dekat tong sampah.
“Udah biar saptam aja yang ngubur… lanjutin lagi wudhunya!” perintah Pak ‘E’
Waktunya khotbah. Sang khotib dengan berwibawa membawakan khotbahannya pada para pendengar yang tampak tidak setia. Tampak ada yang sedang goyang kayang seaktu khotib khotbah, ada yang ngesot-ngesot, ada yang lagi berantem.
“Gak enak lu ama gua?” teriak salah seekor peserta juma’tan.
“Iya gua kagak enak emangnya kenapa?”
“Gua bunuh lu!” Lantas dia menikamkan sebuah pisau ke dalam perut si penantang. Si penantang tewas, dan tergeletak bersimbah darah, para peserta juma’tan yang lain menatap dengan bosan ke arah dua pejantan ribut dan yang satu kayaknya kagak bakalan ribut lagi deh.
Khotbah baru dimulai lima menit, terjadi lagi keributan, saf tengah main lempar-lempar tas, imbasnya salah seorang guru terkena lemparan tas, guru itu berinisial ‘M’.
“Woy… kadieu sia!” seru Pak ‘M’ si murid bandel itu mendekat dan rambutnya dicukur oleh Pak ‘M’ dengan menggunakan gunting rumput yang sangat besar “Inikan lagi juma’tan jangan maen voli pake tas donk! Masalahnya saya mau solat, Dah sana kembali!” tambah Pak ‘M’ lantas si murid yang terkena rajia saat juma’tan itu kembali di safnya.
“JURIIIIIIIIIGGG” teriak salah seorang peserta juma’tan dan langsung mengeluarkan bazooka dari tasnya. Jleger-jleger… dia menembakan rudal ke arah saf depan dan dibalas oleh jajaran depan menggunakan bom mortar dan granat, bledug jleger blegar.
“Jadi kita itu harus puasa di saat bulan ramadhan… aw… panas… tep” ringis khotib ketika tangannya terkena ledakan bazooka.
Bledag…bledug…jlegar…jleger, sial semua tampak menikmati suasana kayak gini, di luar masjid beberapa orang saptam sedang menembakan shotgun pada murid yang bolos juma’tan, di dalem sedang ada ribut antara saf belakang ama saf depan, sial.
“Huh…sial! Inikah remaja harapan Indonesia?”




By : Teguh Pramudya
Kelas : X1
Kritik dan saran : teguh_pramudya95@yahoo.com / facebook : Teguh Pramudya



“RINDU”

Di saat malam yang sunyi
Ku termenung seorang diri
Teringat wajahmu yang lugu
Bergetar rasa hatiku

Tak mungkin ku lupa pada dirimu
Tak mungkin pula ku lepas cintamu
Cintamu adalah harapanku
Sampai kapan ku harus menunggumu?
Tuk menjadi kekasih sejatimu

Engkau bagaikan cahaya yang menerangi hidupku
Engkau pelangi yang mewarnai hidupku
Engkau adalah inspirasi dalam hidupku
Engkaulah yang terindah dalam hidupku



Cipt,

Vindi, X-1/XI IPS SMA BHINNEKA KARAWANG




“ADILKAH”

Aku pernah menggantungkan cintaku di langit
Berharap jika ku gapai dia akan indah
Digenggamanku

Tapi aku salah, cintaku itu
Malah menjadi runtuhan-runtuhan
Tak berarti dalam hidupku
Hanya bisa menjadi khayal
Dan kenangan indah yang menertawakanku
Aku rapuh dan cintaku pupus
Hanya karena materi yang tak dipihaku
Haruskah semuanya itu pupus
Hanya karena itu

Berdo’a ku selalu pada sang khalik
Berharap nanti ada cerah di hidupku
Tapi aku rasa semua itu…
Menjadi waktu yang terlewatkan
Dengan keterparukan dihidupku



Cipt,

Ayu, X-1/XI IPS







“TERUNTUK CINTAKU”

Saat melihat kau berjalan
Hatiku bergemuruh kencang
Tersentak saat aku merasakan hal itu
Batin merasakan kegelisahan yang amat dalam

Aku bertanya kepada hatiku
Rasa ini adalah cinta
Cinta yang datang dengan penuh rasa
Denga seribu belaian kasih asmara

Ketika aku melihatmu
Kebekuan hati ini tercairkan
Menjadi keberkahan dimalamku
Itu cinta bagiku…



Cipt,

Deden, XII IPS





SUARA HENING…

Apa dari kita sadar akan nikmatnya mendengarkan? Gua juga baru sadar akan nikmatnya mendengarkan suatu suara yang ngga bisa dirasakan secara langsung, hening. Ada yang tahu apa arti makna dari hening? Hening adalah suatu kata yang terasa umum di telinga kita, suatu kata yang menggambarkan suatu keadaan dimana keadaan tersebut tak ada bunyi apapun, selain deru nafas yang lu hembuskan.
Bayangkan jam setengah satu malem lu bangun, dengerin suara malem yang ngga bakalan lu dapetin di pagi atau siang hari. Dengerin dengan seksama, bayangin, temperatur udara yang sejuk, hanya ada suara detak jam dinding, selain suara detak jam, ada suara lain yang ngga lu sadari, yaitu suara hening.
Coba renungkanlah semua masalah yang ada di dalem hati, keluarin! Sebesar dan seberat apapun masalah yang lu hadapin akan serasa ringan setelah mendengar suara hening. Walaupun lu tadi pagi diomelin habis-habisan ama Bu (R…..) akibat ngga ngumpulin tugas bahasa atau gara-gara ketauan tukang batagor lu lupa bayar makanan yang lu pesen, gua bakal jamin lu akan lebih tenang setelah ngedengerin suara hening.
Dalam artian sederhana suara hening bukanlah suara apapun, melainkan suara yang ada dalam hati kita, suara yang kita bayangkan sendiri, suara hening merupakan cerminan dari hati kita, kita bisa tahu semua perasaan kita yang lu pendem dalem-dalem setelah mendengar suara yang kita bayangkan sendiri, suara hening, nikmatilah!
Sekitar jam setengah dua pagi gua terlena dari lamunan gua tentang suara hening, menikmati sejuknya udara, melupakan sejenak semua masalah yang membebani diri, mengintropeksi diri, mendengarkan suara alunan detak jam dinding yang gua satuin jadi suara hening. Nikmatnya!
Gua terhempas ke kasur, membayangkan suatu hal yang jadi beban selama beberapa bulan ini “Apakah gua bisa maju di SMA BHINNEKA KARAWANG?” Dan pertanyaan itu langsung bisa gua jawab saat itu juga “Kita bisa maju, dan itu tergantung dari tekad kita, sebarapa besarkah tekad kita untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang”
Terhempas. Menikmati suasana kamar yang tampak berbeda di siang hari. Suara jangkrik dan detak jam dinding yang beraturan bagaikan suara instrument musik, musik hening.
Mungkin selain mendengarkan, kita juga bisa membayangkan apa yang ingin kita bayangkan saat itu juga, “Gua musti punya cewek di jenjang SMA ini, gua ngga mau jadi cingcalang lagi kayak SMP” dan jawabannya bakalan lu temuin sendiri setelah instropeksi diri lu, dan apa kekurangan diri lu sehingga gak ada cewek yang mau ama lu. Itu hanya contoh kecil.
Setelah mendengarkan suara hening, hempaskanlah diri lu ke tempat tidur dan cobalah mendengarkan desiran angin, suara gemercik air di suatu saluran irigasi di pegunungan, dan rasakanlah temperatur suhu yang tiba-tiba menurun dengan sejuknya. Dengarlanlah suara hening itu dan renungkanlah!



Cipt:

Teguh Pramudya X-1/ XI IPA SMA BHINNEKA KARAWANG
Saran dan Kritik : teguh_pramudya95@yahoo.com / facebook : Teguh Pramudya





“SALAHKAH”

Mungkin aku ego yang telah dicintai
Tapi ingin bisa lebih dari Satu
Aku ego yang hanya memikirkan bahagiaku
Tanpa memikirkan perasaan orang
Yang selama ini ada untukku

Ku tak ingin orang yang mencintaiku
Jauh dariku…
Maafkan aku cinta…
Jika rasaku adalah kesalahan bagimu

Maafkan aku jika hadirku
Hanya akan menjadi luka di hatimu
Aku ingin engkau tahu
Aku rapuh, sepi dan sendiri
Hatiku tak pernah tersentuh olehmu

Aku mau engkau mengerti aku
Aku ingin menjadi seorang…
Kekasih di matamu
Hargai aku dengan segala rasamu
Yang slalu ingin tahu mengerti aku
Agar aku bisa mengerti
Akan hadirmu



Cipt,

Ayu & Mila, X 1/ XI IPS SMA BHINNEKA KARAWANG








“DIRI YANG LAIN”

Kuperhatikan alunan pelan detak jam dinding pada suatu malam yang sunyi, suara
Deru kendaraan bermotor yang sesekali melintas di jalanan depan rumahku. Kutatap pisau dapur yang kupegang erat dalam genggamanku.
Langkah ku tak pasti. Mengikuti arus setiap deru nafasku. Kutatap dengan liar ayahku yang sedang tidur dengan nyenyaknya di atas sofa. Televisi di biarkan menyala, mungkin dia sedang menonton saluran sepak bola.
Deru nafasnya bagaikan hembusan angin yang tak menyenangkan. Berisik dan bau. Matanya terpejam santai seolah tidak merasa bersalah akan apa yang telah ia lakukan pada ibuku.
“Brengsek…”
Pisau semakin erat kugenggam, detak jantung seakan menggebu kencang, keringatku bercucuran, mataku menatap liar diri ayahku yang terbaring menyebalkan di atas sofa.
“SIALAN…” ku berteriak kencang, saking kencangnya ayahku terbangun dari tidurnya, matanya menatap galak mataku, dan pada saat itulah kutikam pisau yang ada di genggamanku ke dalam mata kiri ayahku. Berteriak tapi ku tutup mulutnya, meronta kutikam lebih dalam lagi, hingga akhirnya dia tidak bergerak lagi.
Kuhirup udara malam itu, udara yang terasa lebih hangat. Nyaman, terasa nyaman, pembunuhan pertamaku. Setelah mengetahui tidak akan ada orang yang menyiksaku lagi di rumah, kecuali kakak perempuanku yang jalang itu, sial, dia pulang dari klub malam subuh nanti.
Kumatikan televisi yang barusan ditonton oleh ayahku. Tanganku berlumuran oleh darah, ku lap menggunakan tisu dan seketika tampaklah bekas luka pada tanganku yang berlumuran darah, bekas luka yang diakibatkan oleh cambukan gesper ayahku.
Kubuka pintu lemari es dan kuambil beberapa makanan. Mungkin ini adalah pengalaman pertamaku setelah lima tahun ku hidup di dalam rumah ini, pengalaman membuka lemari es tanpa di cemooh oleh ayah dan kakak perempuanku. Akhirnya aku dapat menikmati dengan tenang sehelai roti tawar dan selai kacang kesukaanku.
Ku tikam meja dapur sehingga pisau menancap di atas meja. Ku minum beberapa teguk susu yang biasanya dapat kunikmati sebulan sekali. Tiba-tiba terdengar suara deru sepeda motor yang tak asing lagi untukku. Kakak perempuanku.
Pintu terbuka dan seketika udara pagi yang dingin masuk ke dalam ruangan depan. Kakaku tidak menyadari keadaan ayahku dan langsung naik ke atas kamarnya.
Seketika kucabut pisau yang menancap di atas meja makan. Ku singkirkan sisa makanan yang berserakan di atas meja. Langkahku terasa lebih ringan. Pisau terasa licin di tanganku, baju piamaku tampak berlumuran darah.
Melangkah dengan pasti untuk membalaskan dendam seseorang, termasuk dendamku sendiri.
“Wanita jalang kubunuh kau!”

Cipt,

Teguh Pramudya X-1/XI IPA
Saran dan Kritik : teguh_pramudya95@yahoo.com / face book : Teguh Pramudya




NARKOBA PERUSAK BANGSA

Jaman semakin gila
Semuanya segala dicoba
Free sex, miras dan Narkoba
Dijadikan budaya anak bangsa

Awalnya hanya coba-coba
Tapi kelamaan jadi terbiasa
Tapi semua hanya sia-sia
Akhirnya akan menyiksa

Nikmatnya hanya sementara
Hingga akhirnya Kalian merana
Merana karena narkoba
Makanya jangan coba-coba

By : Teguh Pramudya XI IPA



Pekerjaan Sampingan
Pakaianmu putih abu-abu
Sekolah datang tepat waktu
Tak kenal lelah yang menderu
Menerjang kerasnya hidupmu

Dikala waktu pulang tiba
Hidupmu dikala derita
Karena sesuatu yang terpaksa
Terjadi di saat malam tiba

Kau selalu memiliki angan
Yang akan selalu terabaikan
Oleh ganasnya keadaan
Yang menerjang bagai rintangan

Dengan bebas waktu meluncur
Saat terpaksa menjadi pelacur
Melayani om-om di atas kasur
Yang hanya membuatmu hancur

Dunia itu kejam baginya
Hanya siksa dan derita
Tak sedikitpun bahagia
Yang terasa oleh dirinya


By : Teguh Pramudya XI IPA